PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS - Tugas Wajib Etika Profesi “Minggu 2”
PUTRI WULANDARI
21209608
4 EB 13
Kata Bisnis secara historis berasal dari bahasa Inggris yaitu “business”,
yang berasal dari kata dasar busy yang berarti sibuk. Atau dapat juga
diartikan
sebagai beragam “kegiatan”. Pada abad
ke-18,
pemahaman kata bisnis diperluas menjadi sebagai “segala
usaha dagang seseorang”. Secara umum, kata bisnis
Etika
bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma
dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan
sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
1.
Lingkungan Bisnis yang Mempengaruhi Perilaku Etika
Perusahaan
yang baik adalah perusahaan yang meyakini dan mengamalkan prinsip bisnis yang
beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang
dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi
seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur,
transparan dan sikap yang profesional.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku etika pada
lingkungan bisnis :
Economic
: Kesalahan memberikan dorongan untuk bangkit.
Competition
: Tekanan dan dorongan global.
Bad
judgement
: Kesalahan operasi, keringanan bagi kalangan eksekutif.
Activist
stakeholders
: Etika investor, pelanggan dan lingkungan
Synergy
: Perubahan yang sukses.
Institutional reinforcement :
Hukum baru.
Physical
: Kualitas dari udara dan air terjaga.
Moral
: Keinginan bersikap adil.
Financial
malfeasance
:Banyaknya perbuatan yang memalukan (skandal).
2.
Kesaling - tergantungan Antara Bisnis dan Masyarakat
Bisnis
merupakan bagian dari masyarakat, oleh karena itu terdapat kesaling
ketergantungan antara bisnis dan masyarakat yang nyata. Hubungan yang terjalin
antara keduanya tidak terlepas dari etika yang terjalin baik secara langsung
maupun tidak langsung antara pelaku bisnis ataupun masyarakat sehingga
diharapkan kegiatan bisnis dapat menciptakan hubungan yang interaktif untuk
keduanya.
3.
Kepedulian Pelaku Bisnis Terhadap Etika
Pelaku
bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk “uang” atau dengan member sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
Orang-orang
bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya
dimasyarakat. Harus ada etik dalam menggunakan sumber daya yang terbatas di
masyarakat, apa akibat dari pemakaian sumber daya tersebut dan apa akibat dari
proses produksi yang dilakukan.
Dalam
menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
ialah :
Ø Pengendalian
diri
Artinya,
pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka
masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk
apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan
dengan jalan main curang dan menekan pihak lain
Ø Pengembangan
tanggung jawab sosial (social responsibility)
Pelaku
bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab
terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab social bisa dalam bentuk
kepedulian terhadap masyarkat disekitarnya terutama dalam bidang pendidikan,
kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.
Ø Mempertahankan
jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi
Bukan
berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi
informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian
bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat
adanya tranformasi informasi dan teknologi.
Ø Menciptakan
persaingan yang sehat
Persaingan
dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat
jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah,
sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect
terhadap perkembangan sekitarnya.
Ø Menerapkan
konsep “pembangunan berkelanjutan"
Dunia
bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi
perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang.
Ø Menghindari
sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika
pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan
terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk
permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan
nama bangsa dan negara.
Ø Menumbuhkan
sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha
kebawah
Untuk
menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya
(trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar
pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah
besar dan mapan.
4.
Perkembangan Dalam Etika Bisnis
Di
akui bahwa sepanjang sejarah kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah
luput dari sorotan etika. Perhatian etika untuk bisnis dapat dikatakan seumur
dengan bisnis itu sendiri. Etika bisnis mencapai status ilmiah dan akademis
dengan identitas sendiri, pertama kali timbul di Amerika srikat pada tahun
1970-an. Untuk memahaminya, menurut Richard De George, prtama-tama perlu
membedakan antara ethics in business dan business ethics. Sejak ada bisnis,
sejak itu pula dihubungkan dengan etika, sebagaimana etika selalu dikaitkan
dengan wilayah-wilayah lain dalam kehidupan manusia seprti politik, keluarga,
sksualitas dan lain-lain. Inilah etika dalam bisnis, tetapi belum memiliki
identitas dan corak tersendiri. Sedangkan etika bisnis sebagai suatu bidang
tersendiri masih berumur muda. Perkembangan etika bisnis dijabarkan dalam lima
periode, yaitu:
- Situasi Dahulu : Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
- Masa Peralihan tahun 1960-an : ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.
- Etika Bisnis Lahir di AS tahun 1970-an : sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di AS.
- Etika Bisnis Meluas ke Eropa tahun 1980-an : di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut European Business Ethics Network (EBEN).
- Etika Bisnis menjadi Fenomena Global tahun 1990-an : tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia. Telah didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
5. Etika
Bisnis dan Akuntan
Tujuan
profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi
kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi:
o
Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan
kredibilitas informasi dan sistem informasi.
o
Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan
jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di
bidang akuntansi.
o
Kualitas
Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua
jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
o
Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat
merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian
jasa oleh akuntan.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga
bagian :
ü Prinsip etika
Prinsip ini
memberikan kerangka dasar bagi aturan etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian
jasa profesional oleh anggota. Prinsip etika disahkan oleh Kongres dan berlaku
bagi seluruh anggota.
ü Aturan Etika
Aturan Etika
disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang
bersangkutan
ü Interpretasi
Aturan Etika
Merupakan
interpretasi yang dikeluarkan oleh badan yang dibentuk oleh himounan setelah
memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak yang berkepentingan lainnya,
sebagai panduan dalam penerapan etika tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup
dan penerapannya.
Referensi:
·
seto7688.multiply.com/journal/item/22
·
http://maksi.unsoed.ac.id
·
masyari91.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar